serupa garis hujan yang berhenti bercerita
riwayat-riwayat telah dituliskan dalam lidah kita
mungkin semacam tato naga
tidak selamanya kita merayakan perjamuan
menggelar pesta dansa seusai kematian saudara
sambil menebar kamboja
akhirnya kita harus pergi
ke sebuah batang pohon kuldi
yang membuat kita terusir
pada waktu dan jam pasir
ada baiknya kita singgah di studio tiga
menonton film laga saat cemas melintas
kita sama raib di kedalaman mata
di kedalaman dusta yang deras
kita tahu kabar nenek moyang dari televisi
saat minum teh tadi pagi
mungkin sama dengan cerita tetangga
tentang anjing hitam tua
dalam lemari es masih ada sisa sejarah
yang dingin, merah dan sedikit tumpah
kita sama-sama meminumnya sedikit
karena takut pada langit
di mata kita ada perangkap
juga jerat yang akan menghabisi
sebelum minggu pagi
dengan rencana yang tak terungkap
mimpi-mimpi merebut tidur siang kita
dan malam yang tenang penuh tawa
kian kusentuh ranum tubuhmu
kau ziarahi ruas-ruas tulangku
kita hanya helaan nafas
sebuah diam yang mudah tumpas
tapi siapa yang peduli
kita sama mengerti
ledakan cuaca
seperti episode panjang
kenangannya selalu hitam
meremukkan kepala kita
kita mengaku pada mimpi
pada gelisah tak bertepi
kesepian yang menyenangkan
atau kesedihan yang tak tersampaikan
suara kita lemah
tapi kicau burung membahana
meneriakkannya laksana genta
yang menggema di lembah-lembah
kepedihan akhirnya menjelma hujan
kita rindu kembali pulang
pada sebuah pagi yang tenteram
sambil berharap tak ada ledakan
saat kita menyapu halaman
sb08
Sabtu, 02 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar